Senin, 29 Desember 2008

SEKILAS PERJUANGAN KERESIDENAN BENGKULU MENJADI PROVINSI BENGKULU

PENDAHULUAN


Pada tanggal 17 Agustus 1945 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia diumumkan kepada dunia internasional melalui radio oleh Sukarno dan Muhammad Hatta di tempat kediaman Sukarno Jalan Pegangsaan Timur (sekarang jalan Proklamasi No. 59) Jakarta. Proklamasi tersebut merupakan suatu gerakan besar seluruh rakyat indonesia yang ingin merdeka dan membentuk negara sendiri yang terbebas dari penjajahan.

Pada tanggal 18 Agustus 1945, Sukarno dan Muhammad Hatta terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden Indonesia. Berita proklamasi tersebut pada tanggal 20 Agustus 1945 diterima secara resmi di Kota Bengkulu dan dibentuklah suatu badan yang menyusun pemerintah Republik Indonesia di Bengkulu. Pada tanggal 3 Oktober 1945, Ir. Indra Tjaya diangkat oleh Mr. T.M. Hasan (Gubernur Sumatera yang berkedudukan di Pematang Siantar – Sumatera Utara) sebagai Residen Bengkulu. Setelah beliau diangkat sebagai Residen Bengkulu, Ir. Indra Tjaya mengadakan perundingan dengan Residen (Syucokang) Jepang, Z. Inomata untuk menyerahkan daerah Keresidenan Bengkulu kepada Pemerintah Republik Indonesia. Setelah diadakan beberapa kali perundingan maka pada tanggal 27 Oktober 1945, dilakukan penyerahan Pemerintahan Keresidenan Bengkulu oleh Jepang kepada Pemerintah Republik Indonesia. Pada awal tahun 1946, terjadilah krisis pemerintahan sipil di Bengkulu, dimana Badan Pekerja Harian Nasional Indonesia (BPHNI) menuntut reorganisasi pemerintahan diseluruh Keresidenan Bengkulu, akibatnya pada tanggal 21 Naret 1946 Residen Ir. Indra Tjaya secara resmi meletakkan jabatan. Tanggung jawab sebagai residen sepenuhnya diserahkan kepada BPHNI dan pada tanggl 23 Maret 1946 BPHNI mulai melaksanakan reorganisasi pemerintahan diseluruh Keresidenan Bengkulu. Namun karena terjadinya kekisruan yang diakibatkan tidak diakuinya BPHNI oleh sebagian besar Kepala Marga di Curup maka pada tanggal 28 April 1946, Mr. Hazairin (Ketua Pengadilan Negeri Sibolga – Putera Daerah Bengkulu) diangkat oleh Mr. T.M. Hasan sebagai Residen Bengkulu. Mr. Hazairin dengan segala kemampuannya segera bertindak untuk kembali menyusun pemerintahan daerah Bengkulu yang morat marit dengan bijaksana serta tidak merugikan pihak manapun malahan seluruh komponen diajak melaksanakan tugas, kewajiban dan tanggung jawab secara bersama-sama.

Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 10 tanggal 15 April 1948, Provinsi Sumatera dibagi menjadi 3 (tiga) Provinsi, yaitu Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Tengah dan Provinsi Sumatera Selatan dan di atasnya, sebagai wakil Pemerintah Pusat RI dibentuk Lembaga Komisariat Pemerintah Pusat yang berkedudukan di Kota Bukit Tinggi dimana Mr. T.M. Hasan sebagai Ketua dan Mr. A. Sidik sebagai Pemimpin Sekretariat Pemerintah Pusat.

Dengan ketetapan undang-uandang Nomor 10 tersebut, Keresidenan Bengkulu yang tadinya dalam lingkungan Provinsi Sumatera masuk kedalam lingkungan Provinsi Sumatera Selatan dengan Gubernur M. Isa yang berkedudukan di Kota Curup. Pada tanggal 19 Desember 1948, Belanda melanggar perjanjian Renville dengan menyerang daerah-daerah Republik Indonesia yang masih belum didudukinya termasuk Keresidenan Bengkulu. Pada tanggal 25 Desember 1947, Gubernurr M. Isa telah berada di Kota Curup mengepalai pemerintahan Provinsi Sumatera selatan. Pada tanggal 23 Desember 1948, Daerah Sumatera Selatan dijadikan satu Daerah Militer dibawah pimpinan A.K. Gani sebagai Gubernur Militer yang juga berkedudukan di Kota Curup. Akibat agresi Militer Belanda tersebut, Gubernur M. Isa, Gubernur Muiliter A.K. Gani dan Residen M. Hazairin menyingkir ke Kota Muara Aman dan Pemerintahan Provinsi Sumatera Selatan dipindahkan ke Kota Muara Aman.

Pada tanggal 26 November 1949, di Bengkulu Selatan dibentuk satu Delegasi Militer dibawah pimpinan Letnan Kolonel Barlian, Komandan Sub Territorium Bengkulu, untuk menerima serah terima seluruh daerah Bengkulu dari Belanda. Delegasi ini sampai di Kota Bengkulu pada tanggal 29 November 1949, pada tanggal 30 November 1949 sampai di Bengkulu Delegasi Pemerintahan Sipil dari Bengkulu Utara yang dipimpin oleh Mr. Hazairin, Wakil Gubernur Militer Daerah Istimewa Sumatera Selatan.

Sejak tanggal 2 Desember 1949 dari Kota Bengkulu, Komandan Sub Territorium Bengkulu memberikan instruksi seperlunya mengenai segala hal yang menyangkut pengisian daerah-daerah yang akan ditinggalkan pasukan Belanda.

Mulai tanggal 7 sampai dengan 10 Desember 1949 TNI mengisi kembali tempat-tempat yang telah ditinggalkan Belanda, yaitu pada tanggal 8 Desember 1949 TNI masuk ke Kepahiang dan Curup, 10 Desember masuk ke Muara Aman dan 11 Desember 1949 masuk ke Kota Bengkulu, sehingga mulai tanggal 11 Desember kekuasaan Belanda dalam wilayah Keresidenan Bengkulu telah berpindah kembali kepada Negara Republik Indonesia (NRI).

Pada tanggal 11 Desember 1949 juga dikeluarkan 1 (satu) Maklumat kepada seluruh penduduk dalam Keresidenan Bengkulu yang ditandatangani oleh Mr. Hazairin, Residen Bengkulu, dan Barlian, Letnan Kolonel Komandan Sub Territorium Bengkulu, yang berbunyi :

MAKLUMAT

1. Diberitahukan kepada seluruh penduduk Daerah Bengkulu, bahwa mulai tanggal 11 Desember 1949, kekuasaan Belanda dalam Wilayah Territorial Bestuurs Adviseur Bengkulu (TBA) di Keresidenan Bengkulu telah berpindah kembali seluruhnya kepada Negara Republik Indonesia (NRI).
2. Dengan pemindahan kekuasaan itu, maka sempurnalah sudah pelaksanaan “cease hostilities” (penghentian perusuhan) antara Belanda dengan Republik Indonesia bagi daerah Bengkulu (bagi lain-lain daerah Republik sedang disempurnakan), sehungga dengan demikian bersihlah jalan menuju pemindahan kedaulatan dari Kerajaan Belanda dan Negara Republik Indonesia (NRI) kepada Republik Indonesia Serikat (RIS) yang akan berlaku beberapa minggu lagi.
3. Dengan pemindahan kedaulatan itu, maka NRI akan menjadi negara bagian dalam RIS, dan akan berdiri pula perikatan kerja sama (uni) antara Kerajaan Belanda dan RIS yang merupakan pertalian persahabatan yang sangat akrab.
4. Diperintahkan kepada tiap-tiap orang bahwa kita bangsa Indonesia tidak lagi bermusuh-musuhan dengan bangsa Belanda , dengan demikian tentu juga tidak lagi bermusuh-musuhan dengan orang-orang yang pernah bekerja sama atau membantu Belanda selama perjuangan antara Republik Indonesia dengan Belanda pada masa sedih yang telah silam.
5. Sekarang diseluruh daerah Bengkulu dipertanggungjawabkan kepada TNI buat menjaga dan menjamin ketertiban umum, ketenteraman dan keselamatan bagi semua orang tidak pandang siapa dia, meskipun bekas penghianat bangsa sekalipun. Dipermaklumkan, bahwa TNI tidak dibolehkan lagi mencampuri urusan Kepolisian biasa dan pemerintahan umum.
6. Keselamatan Jiwa, harta benda, rumah tangga dan perekonomian (perusahaan, perdagangan dan lalu lintas) dijamin oleh pemerintah NRI dengan semua alat-alat kekuasaannya.
7. Tidak dibolehkan orang merasa cemas atau takut atau was-was terhadap sesuatunya, jika ada perasaan yang serupa itu hendakla lekas dikemukakan kepada alat-alat pemerintahan.
8. Sebaliknya, tidak di izinkan orang mengadakan provokasi (bisikan-bisikan, hasutan-hasutan, kelakuan, dan perbuatan permusuhan) yang akan mendatangkan kekacauan, kecemasan, ketakutan, pendeknya yang hendak menggangu ketenteraman dan rukun damai dikalangan penduduk.
9. Barang siapa yang mengadakan provokasai sebagai dimaksud itu, akan dikenakan hukuman berat, mungkin sampai hukuman mati.
10. Semua peraturan yang berlaku saat itu, meskipun aturan-aturan Pemerintah TBA tetap berlaku asal tidak bertentangan dengan perjanjian-perjanjian Naskah Timbang Terima Kekuasaan yang telah ditandatangani tanggal 11 Desember 1949 dan tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar NRI, semuanya berlaku sampai tiba waktunya diubah oleh yang berhak mengatur.
11. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Bengkulu (DPB) dan Dewan Kota Bengkulu dalam bentuk dan susunanya pada tanggal 19 Desember 1948 diperpanjang usianya sampai ia dibubarkan secara resmi.
12. Dewan-dewan marga, kepala-kepala marga, kepala-kepala dusun, kepala-kepala pasar, datuk-datuk di kota Bengkulu, pemangku-pemangku, dan pegawai-pegawai mesjid, berdasarkan aturan yang ditandatangani 11 Desember 1949, meskipun sekali ada diantaranya yang mendapat pengakuan dari Pemerintah TBA tetap bekerja terus sampai semuanya itu diubah atau diganti (atas alasan-alasan yang syah) menurut peraturan NRI dalam daerah Bengkulu bagi semua urusan tersebut. Jika disesustu tempa terdapat kebimbangan disebabkan adanya dua orang atau lebih kepala adat (atau pegawai-pegawai agama) yang menganggap dirinya sama-sama berkuasa, maka jika tidak ada ukuran yang lain buat menentukan siapa yang berhak benar, akan diadakan pemilihan selekas-lekasnya. Dalam menunggu pemilihan, maka kepala adat (atau pegawai agama) yang ditunjuk oleh TBA itulah yang meneruskan pekerjaan buat sementara waktu.
13. Semua pegawai, meskipun yang diangkat oleh Pemerintah TBA tetap bekerja terus dalam pangkat dan derajatnya sebagai tercantum pada aturan tanggal 11 Desember 1949 sampai saat ini diadakan perubahan menurut “Naskah Timbang Terima Kekuasaan”.
14. Uang Belanda, uang NRI, uang daerah Dmiss, propinsi, dan keresidenan dipergunakan bersama-sama dalam bekas wilayah TBA tersebut atas kurs pasaran sampai urusan mata uang diatur lebih lanjut.
15. Rakyat dan semua penduduk dari seluruh lapisan, golongan partai dan kebangsaan, berkasih-kasihanlah kamu, hiduplah dengan tenteram, tolong-menolong, harga-menghargai, hormat-menghormati; hilangkan perasaan dendam, benci, dan permusuhan. Muda-mudahan Tuhan Yang Maha Esa menurunkan rahmat-Nya atas kita sekalian.

Pada tanggal 17 Agustus 1950 Negara RIS resmi dibubarkan dan dibentuk negara kesatuan baru yang diberi nama Republik Indonesia (RI), yang dibagi menjadi 10 provinsi yang mempunyai otonomi. Berdasarkan Undang-undang No. 3 tahun 1950 Junkto U. U No. 25 tahun 1959 ditetapkan sebagai keresidenan dalam lingkungan Provinsi Sumatera Selatan.

Pada tanggal 27 Desember 1949 keresidenan Bengkulu pulih kembali dan Bupati M. Hasan diangkat sebagai Residen Bengkulu. Kota Bengkulu merupakan kota yang mati lagi dan terisolisasi sama sekali dari dunia luar. Setelah negara kesatuan Republik Indonesia baru terbentuk pada tanggal 17 Agustus 1950, Pemerintah pusat hampir tidak memperhatikan keadaan didaerah, kabinet silih berganti sehinggah Pemerintah daerah terpaksa memecahkan keadaan daerahnya dengan caranya sendiri-sendiri, tanpa dana dan bantuan dari Pemerintah Pusat.

Keadaan terisolasi dan terbengkalai yang jauh dari sentuhan pembangunan selama lebih dari 30 tahun mengakibatkan daerah Bengkulu jauh ketinggalan hampir disegala bidang bila dibandingkan dengan daerah lain. Pada masa itu banyak orang Indonesia tidak mengetahui bahwa sebagian dari negara Kesatuan Republik Indonesia ini terdapat daerah Bengkulu yang merupakan komponen aktif dalam perjuanagan pembangunan bangsa dan negara Kesatuan RI.


Pada tahun 1950 sampai tahun 1966 adalah masa saling perebutan kekuasaan (kabinet) di antara partai-partai politik yang besar, di antaranya partai Masyumi, PNI, dan PKI dengan sistem demokrasi parlementer Eropa Barat. Sistem itu mengakibatkan tidak adanya stabilitas politik, inflasi, dan lambatnya rencana pembangunan.
Keadaan semakin mengkhawatirkan dengan timbulnya gerakan separatis “Republik Maluku Selatan”(RMS) dan gerombolan “Darul Islam” yang merongrong negara RI dan lainnya. Sehinggah terjadilah “Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia, atau dikenal denagn sebutan G. 30 S/PKI.

Pada tahun 1962 timbul Badan Perjuangan Bengkulu yang diprakarsai oleh sekelompok tokoh masyarakat daerah untuk menjadikan Bengkulu sebagai sebuah propinsi. Namun, perjuangan yang terjadi ditengah krisis politik dan ekonomi negara, ditambah dengan kuatnya pengaruh PKI pada pemerintah pusat di Jakarta. Dengan ditumpasnya G. 30. S/PKI dan terjadilah peralihan pemerintahan orde lama ke pemerintahan orde baru, membawa harapan pada perjuangan Bengkulu untuk menjadi provinsi harapan itu ternyata terwujud. Perjuangan selama ini dilakukan dengan gigih akhirnya berhasil.

Pada tanggal 18 November 1968, atas dasar UU No. 9/1967 Junkto Peraturan Pemerintah No. 20/1968, Keresidenan Bengkulu diresmikan menjadi salah satu Provinsi di Republik Indonesia yang ke-26 dengan Ali Amin sebagai Gubernur Bengkulu.

de Ir. Herawansyah, M.Sc., MT

Minggu, 28 Desember 2008

Renungan Kehidupan - 3


dulu ....................................
aku minta kepada ALLAH supaya orang yang dikirimkannya mendampingiku adalah orang yang tanpa masalah, tidak melukai orang lain, bukan milik orang lain dan diterima oleh keluargaku, siapapun dia yang penting dia bisa menentramkan hatiku, mendukung aku menggapai cita-cita serta mendampingiku sampai ajalku tiba.
aku ingin agar orang yang dikirimkan ALLAH mendampingiku adalah orang yang sabar, setia serta menyayangi anak-anaknya, menjadi pelepas dahagaku, menghilangkan luka dan dukaku, membuat bahagia.
aku ingin agar orang yang dikirimkan ALLAH mendampingiku adalah orang yang beriman dan bertaqwa, mengarahkanku menuju sorga dengan cinta dan keimanannya.
aku ingin ALLAH memberikan cahayanya sehingga apa yang aku inginkan dapat terkabul karena aku ingin sepanjang waktuku selalu dalam cinta ALLAH tuhanku, seperti juga kuharapkan dia mencintaiku sepanjang hidupku.
aku ingin ... aku ingin ..., ALLAH .... kabulkanlah keinginanku ... ......
mudah-mudahan telah aku dapatkan.
de Ir. Herawansyah, M.Sc., MT
Sanur, Bali, 13/01/09

Rabu, 03 Desember 2008

Renungan Kehidupan - 1

Hidup adalah kebahagiaan yang diberikan Allah kepada kami, berbahagia diberi istri baik yang berbakti, berbahagia diberi anak sehat yang terus tumbuh, berbahagia diberi rizki, kelapangan dan ... selalu bersabar kalau Allah menguji keimanan dengan kesulitan-kesulitan, karena kami yakin kesulitan-kesulitan tersebut pasti akan berbuah kebahagiaan dan Allah tidak akan pernah menguji kaumnya melebihi kemampuannya.

Kami berbahagia diberi orang tua yang selalu perhatian, membimbing dan membina kami, menyapu jalan dimana kami akan lewat, kami berbahagia diberi adik-adik yang baik dan kompak serta saling membantu dikala senang dan susah.

Hari-hari yang berjalan penuh dengan berkah dan kebahagiaan ... sudah sewajarnya kami bersyukur atas kebahagiaan yang berlimpah ini.

.............. dan janganlah pernah merasa tidak berbahagia karena sebenarnya kebahagiaan itu tidak pernah datang dari orang lain tetapi datangnya dari diri kita sendiri.


de Ir. Herawansyah, M.Sc., MT

Renungan Kehidupan - 2

Subuh ini ..., alangkah indah dan berbahagianya .... menghadap ALLAH dengan rutinitas ibadah yang selama ini hampir terlupakan, semoga hidayah ini kembali mendekatkan aku padamu ALLAH, seperti saat-saat aku tafakur dalam keheningan subuh di surau kecil dipinggir sawah kampungku .... Aku rindu berdua lagi denganmu ALLAH menyampaikan keluh dan kesahku, permohonan maaf dan ampunku, mohon bimbingan dalam langkah-langkahku.

Jangan biarkan semua kesenangan yang engkau berikan menjauhkan aku dari sisimu
Jangan biarkan kedukaan dan kesusahan sebagai cobaan keimanan yang engkau berikan membuatku kalah ....

Jangan lagi jauhkan aku darimu ALLAH karena umur yang terus bertambah ini pasti akan membawaku kembali kepadamu ..., ijinkanlah aku mempersiapkannya ...., karena aku ingin mendapatkan tempat yang terbaik disisimu.

Allah aku ingin selalu berada didekatmu ... jangan pernah biarkan aku menjauh ...

de Ir. Herawansyah, M.Sc., MT

Rabu, 12 November 2008

Kehidupan hanya sebentar, semua akan terenggut bila tiba masanya

Setiap hari ... setiap jam ... bahkan setiap detik, orang-orang yang kita cintai pasti akhirnya akan direnggut dari sisi kita, baik perlahan-lahan, seketika bahkan tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Rasa sayang dan cinta yang telah terbina yang kadangkala ditumbuhkan dengan susah payah harus hilang hanya dalam hitungan waktu yang tidak terkira ..., tidak ada keabadian karena apa yang kita alami ini hanyalah mengikuti perjalanan sang waktu yang kadangkala mencampakkan diri kita dari sisi lurus jalannya.

Lalu apa yang harus kita lakukan dalam saat-saat yang hanya sebentar, sebelum orang-orang yang kita kasihi direnggut ?, haruskah kita berdiam diri atau ... mempersiapkan diri ... ? atau karena rasa cinta dan sayang yang mudah terenggut dari sisi kita haruskah kita mempersiapkan orang-orang pengganti ?

Ditunggu pendapatnya, terima kasih

Selasa, 11 November 2008

Memilh Pemimpin yang Ideal

Duduk di Bandar Udara Soekarno-Hatta terasa rutinitas yang menjemuhkan, apalagi ini harus saya lakukan hampir setiap minggu bahkan kadang kala dua kali seminggu. Sebagai orang muda yang hobinya belajar dan mengajar (dibeberapa perguruan tinggi dan beberapa kegiatan pelatihan di beberapa propinsi) rutinitas ini harus dengan semangat baja dilakukan apalagi Sashi, Arriel dan Alya , tiga anak kami sudah mulai besar tentunya sudah mulai membutuhkan biaya besar bukan sekedar susu dan pampers.
Iseng-iseng saya beranjak ke bookstore dan saya tertarik untuk membeli buku The Power Principle karya Dr. Blaine Lee yang harganya kalau dirupiah kan melebihi harga 6 kaleng susu Enfagrow A+ kesukaan anak saya, mahal memang namun kalau dibandingkan dengan substansi yang ada dibuku tersebut rasanya harga yang ditawarkan cukup sebanding, terutama buat saya yang mempunyai cita-cita menjadi seorang pemimpin yang dinamis dalam bekerja.
Pengalaman kerja yang seumur jagung bukan berarti kosong namun pengalaman yang baru sedikit sebagai bos kecil didalam suatu struktur fungsional mau tidak mau menjadikan saya memiliki atasan dan bawahan sebagai motivator. Membaca buku The Power Principle menambah wawasan baru dalam diri saya, bahwa seorang pemimpin tak harus menjadi atasan atau bos. Kita semua dapat menjadi seorang pemimpin asal menguasai caranya.
Saya teringat, hampir setiap hari rekan-rekan dilingkungan saya selalu saling menilai (termasuk juga menilai atasan) tapi kadang-kadang mereka lupa menilai diri sendiri. Keengganan menilai diri sendiri akan membuat langkah kita ke depan menjadi tak tentu arah, hal ini karena kita tidak pernah bercermin dari terangnya dan gelapnya langkah yang ada dibelakang kita. Apa yang kita lakukan tidak pernah kita evaluasi akhirnya kita tidak pernah menemui kebenaran, bahkan kita akan sulit menjadi pemimpin atau bos yang diidam-idamkan.
1. Persuasion
Lia seorang staff saya sering ngedumel pada atasannya Iswandi karena atasannya tersebut tidak pernah jelas kalau memintanya melakukan sesuatu, sebenarnya persuasi tak sekedar meminta, namun harus bisa membuat tindakan itu datang dari orang yang anda mintai pertolongan, dengan cara katakan alasannya saat ingin minta bantuan rekan maupun bawahan karena apabila kita menghargai mereka maka mereka juga akan menghargai kita.
2. Patience
Dalam bekerja (terutama di pemerintahan) kesabaran tak hanya berhubungan dengan sikap orang yang anda temui setiap hari tetapi juga proses kerja dan proses pencapaian tujuan. Berlakulah sabar dalam menghadapi atasan dan bawahan. Kesabaran anda terhadap seseorang akan membuat investasi jangka panjang dalam dirinya. Investasi ini tak akan terlihat dalam sehari dua hari, sebulan dua bulan, setahun dua tahun makanya jangan pernah berhenti bersabar yakinlah apa yang anda lakukan akan menghasilkan suatu buah yang baik suatu saat nanti.
3. Gentleness
Seorang staff saya yang bernama Sahin selalu lemah lembut dalam bekerja namun lemah lembut bukan berarti lemah. Seorang staf kami yang bernama David selalu membantah setiap kali atasannya menyuruhnya melakukan sesuatu. Semakin keras kita menyuruhanya maka David akan ssering membantah (akhirnya pimpinan David tersebut selalu mengaduh kepada saya) namun saat Pimpinan David tersebut menyuruhnya dengan lemah lembut dan pengertian (sesuai saran saya) maka David akan segera melaksanakannya. Sikap lemah lembut terhadap sesorang berarti menghargai mereka, kalau kelembutan dapat menjadi jalan untuk mempengaruhi orang lain mengapa harus dengan kekerasan.
4. Teach Ability
Sebagai bos kecil ditempat yang baru saya mempunyai staff yang bernama Iswandi saya tidak pernah merasa digurui oleh Iswandi walaupun hampir setiap hari saya diajari Iswandi tentang hal-hal yang baru yang belum saya ketahui. Kebarhasilan seseorang dalam belajar harus terlebih dahulu menumbuhkan sifat rendah hati dan sifat rendah hati bias menjadi modal untuk melaju pesat dalam berkarir. Saya bukanlah orang yang maha tahu makanya saya akan selalu belajar dari orang lain.
5. Acceptance
Hawaliah seorang bendahara di Satuan Kerja saya sering bingung karena rekan ataupun bawahannya sulit diajak bekerja sama, sebenarnya menerima mereka apa adanya jauh lebih baik ketimbang emosional dan marah-marah. Menerima orang apa adanya memang sulit karena mereka bukan keluarga anda tetai apabila anda bias melakukan itu dengan keluarga anda kenapa di kantor tidak. Rekan kerja merupakan investasi jangka panjang anda juga dengan bantuan mereka anda bias sukses dalam karir
6. Kindness
Perlakukankah rekan kerja anda dengan murah hati penuh pertimbangan, kesopanan, tata keramah dan kepedulian yang tulus karena sifat-sifat itu adalah sifat penghargaan bagi mereka. Sesama manusia kita saling melakukan hal tersebut.
7. Knowledge
Anda harus mengetahui dan mengenal rekan kerja anda sedalam-dalamnya baik sifat, perilaku dan keluarga mereka. Tak kenal maka tak sayang, dengan mengenal mereka lebih dalam maka akan timbul keakraban dan saling memahami. Pertemuan-pertemuan informal diluar kantor akan menambah keakraban dikantor.
8. Discipline
Jika anda ingin menegur rekan kerja atau bawahan anda sampaikanlah dengan lemah lembut dan penuh pengertian karena kedisiplinan yang baik harus datang dari dalam. Mendisiplinkan orang lain bukan untuk menjatuhkan mereka tetapi untuk mencegah mereka melakukan hal-hal yang kurang disiplin pada waktu yang akan datang. Menerapkan disiplin dengan cara memberikan sanksi memang mudah di Institusi Militer tetapi apakah ini akan memberi hasil yang baik pada Instansi Pemerintahan atau Non Militer, memang perlu pertimbangan didalam penerapan disiplin karena orang sipil akan sulit menerima disiplin ala militer
9. Consistency
Seorang Pemimpin yang baik tidak mudah berubah dalam berpikir dan bertinda, anda harus berpegang teguh pada prinsip. Konsistensi ini tak lantas membuat anda tak fleksible dan apatis, namun konsistensi ini akan membuat anda lebih tegar ketika anda harus menyesuaikan diri terhadap keadaan yang selalu berubah.
Orang yang selalu memegang prinsip akan menjadi pribadi yang dapat diandalkan baik oleh atasan, bawahan maupun rekan kerja.
10. Integrity
Integritas adalah sebuah komitmen untuk mencocokkan kata-kata, perasaan, pikiran dan perbuatan. Integritas yang tinggi akan membuat kepercayaan yang tinggi dari bawahan dan atasan anda, saya teringat dengan seorang teman saya yang membuat aturan baku diruangannya untuk selalu memakai seragam kantor dengan benar namun dia sering tidak memakai seragam kantor pada hari kerja. Sebagai seorang pemimpin yang baik jangan sekali-kali melanggar aturan yang telah dibuat sendiri kalau anda ingin dihormati oleh rekan kerja anda.

Memilih seorang Pemimpin baik bagi suatu negara maupun daerah menjadi hiruk pikuk yang menyenangkan, dapat kaos baru, angpao, peralatan olah raga, tempat peribadatan direhabilitasi sehingga cat nya menjadi baru, banjir order orgen tunggal, penyewahan sound system, kursi dan tenda ikut-ikutan panen pengusaha catering sampai-sampai sudah nggak bisa tidur karena banyaknya order, pokoknya musim para calon membagikan rezekinya. Bagi masyarakat pesta demokrasi ini harus kita dukung. Memilih seorang pemimpin bukan sekedar mencoblos kertas suara tetapi memilih orang yang akan memimpin kita lima tahun ke depan. Pilihlah pemimpin yang sederhana serta memiliki 10 sifat di atas, dengan track record yang baik, jenjang kepangkatan dan pengalaman yang teruji serta telah terbukti sebagai administrator dan negosiator yang ulung bukan sekedar calon pemimpin karbitan yang muncul setiap akan diadakan pilkada yang kadangkala hanya mau menjadi pemimpin saja tanpa tahu apa yang akan dibuatnya bagi masyarakat.

Siapa yang harus kita pilih ? tergantung hati nurani karena dalam pilkada ini banyak pemimpin yang memenuhi syarat dan banyak pula yang karbitan. Memilih seorang pemimpin bukan sekedar melihat banyaknya spanduk, poster, gambar tempel dan variasi dalam mencetak kalender. Pilihlah pemimpin yang berpengalaman baik di tingkat kabupaten maupun propinsi yang telah teruji serta mempunyai sifat-sifat kepemimpinan yang dapat diandalkan.

Bel bandara telah berbunyi, waktu boarding telah tiba, pesawat yang saya tumpangi harus take off dan saya harus pulang ke Bengkulu, siapa yang harus kita pilih ….. siapa yang harus kita pilih ……. ? tunggu di Bengkulu, nanti saya berii tahu, ha …. ha ….. (dan cerita ini akan saya sambung lagi, tunggu !)
de Ir. Herawansyah, M.Sc., MT